![]() |
Sate Ratu Buronan Turis Mancanegara (Dok.Pribadi) |
Menjadi Indonesia, memang menjadi kita
Menjunjung tradisi dan resep nusantara
Memelihara selera dan citarasa
Menjadikannya mendunia
Menjunjung tradisi dan resep nusantara
Memelihara selera dan citarasa
Menjadikannya mendunia
Berkesempatan
untuk bertemu orang-orang inovatif dan kreatif adalah salah satu
keuntungan menjadi blogger. Mereka tidak sungkan untuk berbagi kisah dan
perjalanan inspiratif dalam menemukan suatu kehidupan baru dan jati
diri. Membuka cakrawala dan ilmu baru.
Pertemuan kami para blogger
dengan salah satu orang inovatif dan kreatif terjadi pada suatu sore
malam minggu pada pertengahan bulan Agustus 2018. Kami diundang untuk
singgah dan berbincang ringan ke kedai kulinernya, yang menjadi
bagian dari Jogja Paradise Foodcourt, yaitu suatu tempat yang
menyajikan berbagai kedai makanan di kota Jogja.
Bapak Budi, atau
bernama lengkap Fabian Budi Saputro, adalah mantan pegawai di dunia
hiburan dan perhotelan. Beliau cukup lama berkecimpung di dunia tersebut
selama kurang lebih 20 tahun. Seiring dengan berjalannya waktu, beliau
akhirnya menemukan suatu tantangan dalam dirinya dan memutuskan untuk
mengakhiri masa jenuh menjadi pegawai dengan mendirikan sebuah kedai kuliner. Dan kini, beliau menjadi pemilik dari kedai kuliner bernama SATE RATU! Oh, sate ya. Tapi ratunya itu apa? Ratunya sate, begitu?
Bermula Dari "Angkringan" Lho!
Kedai
kuliner? Restokah? Tidak. Cafe? Bukan. Tapi angkringan. Bercanda. Eh,
catat, ANGKRINGAN!. Lah, apa istimewanya? Di Jogja pun ribuan gerobak
angkringan sudah tersebar dimana mana. Sudah banyak. Ada yang lain?
Loh,
lain. Beliau mengklaim angkringannya beda dari yang lain. Pertama kali
kedai kulinernya berdiri pada bulan Juli, 2015 dan berlokasi di pinggir
Jalan Solo, Yogyakarta. Angkringan beliau bukan angkringan yang
menjajakan barang konsinyering alias barang titipan dengan sistem bagi
hasil, melainkan buatan sendiri.
Karena buatan sendiri, beliau
lantas membuat produk jajanan angkringan ini berkelas premium, karena
taste yang diciptakan harus bagus dan memenuhi kedaiar rasa yang beliau
inginkan. Bayangkan saja, ada 20 jenis sate yang beliau jajakan di
angkringannya. Applaus deh ya! Hehe, banyak pilihan.
Sate Tanpa Bumbu Kacang, Idealisme Nan Berbeda
Tapi,
kedai angkringan itu sudah berlalu bagi beliau. Kini, beliau
memfokuskan diri dengan menu satenya dan berhasil menyulap angkringan
menjadi kedai kuliner yang turut menghiasi wajah kuliner Jogja Paradise
Foodcourt. Bermula menghuni kedai yang berada di posisi bagian teras
foodcourt, kini beliau dapat menempati kedai yang berada di posisi ruang
bagian dalam foodcourt, sehingga dapat mengekspose keasingannya
sendiri. Asing, dalam artian kekhasan yang beliau ciptakan dari kedai
kulinernya tersebut bahwa kedai kulinernya benar-benar berbeda dari yang
lain.
Lalu, darimana nama kuliner SATE RATU? Ya, beliau
menjelaskan arti nama uniknya tersebut. Sate, yang merupakan kuliner
dari Jawa dan Ratu, yang memiliki taste eksklusif. Taste yang berbeda.
Kualitas premium. Karena, lahir dari tangan seseorang yang inovatif dan
kreatif. Dan Pak Budi itulah yang memiliki paten SATE RATU.
![]() |
Sate Ayam Merah (Dok.Pribadi) |
Lalu, apa yang menjadi menu utama SATE RATU?
Sate yang eksklusif, premium dan berbeda? Yang pertama adalah menu sate
ayam merah. Sate ayam merah, merupakan sate yang berbalut bumbu tanpa
kacang. Loh, kok bisa? Iya, inilah inovasi dari Pak Budi.
Sate
Ayam Merah merupakan sate yang dilumeri bumbu cabe merah yang berhasil
meninggalkan warna merah berkesan "pedas". Sate identik dengan kecap
juga bukan? Nah tuh! Pecinta pedas, come on deh! Hehe.
Daging
empuk, tidak alot dan matang luar maupun dalam. Sate Ayam Merah terjaga
kesegarannya karena langsung turun dari hasil rendaman bumbu kurang
lebih 3 jam lamanya dan tereksekusi mulus dari panggangan dengan arang
yang berkobar! Mantaps!
![]() |
Menu Lain, Ada Lilit (Ayam) Basah (Dok. Pribadi) |
Selain sate ayam merah, SATE RATU menyajikan menu
pendamping berupa lilit (ayam) basah dan ceker tugel. Lilit Basah
adalah menu antisipatif dari Pak Budi ketika kehabisan stok sate ayam
merah. Menu Lilit Basah ini juga tak kalah enaknya. Daging ayam yang
sudah dicacah halus dibentuk keping kotak. Mudah digigit, mudah diiris
oleh pisau sehingga langsung gampang dikunyah. Lumeran kuah santan
kental ini makin menyatukan lidah dan dagingnya!
Untuk ceker
tugel, bagi kompasianer yang penasaran disarankan untuk segera ke Jogja
dan singgah ke kedai SATE RATU! Oh iya, Sate ayam merah, lilit basah dan
ceker tugel sama sama dibanderol dengan harga Rp23.000 yang sudah
lengkap dengan sepiring nasi. Terjangkau!
Dengan prinsip
idealismenya itu, Pak Budi ingin agar sate ini bisa hadir untuk mewarnai
keberagaman kuliner nusantara, sekaligus menjadi karya inovatifnya yang
dinikmati oleh banyak orang.
Mendunia, Sate Ini Berstatus "Buronan"
Tak
mengandalkan pengalaman dari dunia entertain dan hotel, pak budi
mencoba berekasperimen melalui sistem marketing pada SATE RATU. Diakui
bahwa Pak Budi tidak memperkenalkan jajanan kulinernya ini pada rekan
dan kolega di lingkungan pekerjaannya terdahulu. Beliau ingin mengetahui
bagaimana reaksi murni masyarakat setelah mencicipi SATE RATU.
Dan
boom! Statistik yang dihasilkan setelah 2 tahun berjalan, ternyata SATE
RATU berhasil menggaet pengunjung dari mancanegara. Sebanyak 30% dari
total pengunjung merupakan turis mancanegara yang hadir dari berbagai
belahan dunia. Tercatat, turis mancanegara tersebut berasal dari 60
negara berbeda. Padahal, bagi start food seperti SATE
RATU, tentu tidak mudah menggaet pengunjung yang berasal dari luar
negeri, bahkan dengan predikat kota Jogja yang notabene tidak setersohor
Bali dan Lombok.
![]() |
Owner Sate Ratu, Pak Budi dan Istri (Dok.Pribadi) |
Ketika
saya tanya mengenai target khusus pengunjung turis mancanegara, Pak
Budi justru tidak berpikir sejauh itu. Fenomena maraknya pengunjung
wisatawan mancanegara rupanya terjadi secara alami begitu saja. Tanpa
perhitungan sebelumnya.
Beliau juga tidak melakukan promosi
khusus untuk pangsa pasar seperti itu. Beliau mengaku bahwa turis
mancanegara yang hadir akibat dari promosi mulut ke mulut saja. Berawal
rekomendasi dari sopir hotel, jasa tour guide hingga teman senegara
mereka yang pernah mencicipi langsung SATE RATU.
Karena
rekomendasi itulah, Pak Budi kembali membuat langkah inovatif dengan
menciptakan bumbu sate ayam merah yang dikemas dalam botol khusus bagi
pengunjung yang ingin membuat sate ayam merah di rumah sendiri. Apalagi,
banyak turis mancanegara yang ingin memberikan buah tangan kepada
keluarga mereka. Mungkin saja, perlu waktu lama ya memboyong kerabat ke
Indonesia agar bisa mencicipi sate ini! Fenomenal!
Dan menurut ilmu ekonomi pemasaran, fenomena saling merekomendasikan suatu produk, oleh pemakai produk dinamakan marketing by consument. Hal tersebut juga merupakan indikator kepuasan pelanggan. Maka, sudah tidak diragukan lagi ya, citarasa dari SATE RATU ini begitu mendunia!

Jejak Catatan Kesan Para Pengunjung SATE RATU dari para turis mancanegara (Dok.Pribadi)
Penghargaan vs Kepuasan diri
Sebelum
menutup perjalanan inspiratifnya, Pak Budi membeberkan sedikit prestasi
yang telah ia raih walalupun jajanan kulinernya itu belum lama
menghiasi dunia kuliner nusantara. Mulai dari penghargaan dari sebuah situs penyedia jasa wisata, TRIP ADVISOR mengganjar 2 tahun berturut turut kepada sate ratu, yaitu tahun 2017 dan 2018 dengan meraih certificate of excellence kategori penyedia jasa kuliner.
Kemudian, PT Unilever pun tak ketinggalan memberikan penghargaan kepada SATE RATU sebagai penerus warisan kuliner pada tahun 2018. Beberapa penghargaan lain yang tidak tercantum pada dinding kedai kuliner SATE RATU juga diceritakan oleh Pak Budi, dan merupakan suatu kehormatan bagi dirinya karena masih pemula dalam dunia kuliner.
Namun,
bagi Pak Budi, beliau tidak harus menjadi juara dalam
kompetisi-kompetisi kuliner yang diselenggarakan. Kemampuan untuk terus
memberikan yang terbaik bagi pengunjung dan mampu menjaga keberlanjutan
jajanan kulinernya, yakni SATE RATU adalah prioritas. Apalagi mampu
menyajikan yang terbaik bagi masyarakat, melalui SATE RATU. Hal itu merupakan kepuasan dirinya. Sekaligus menjawab tantangan dalam dirinya saat menjadi pegawai.
Bila rasa nusantara saja sudah mendunia, apakah kita masih menyerbu kuliner yang ngehits tapi masih itu-itu aja?
Salam hangat kompasiana,
Artikel ini telah ditayangkan di blog akun kompasiana penulis pada 18 Agustus 2018 di www.kompasiana/devimeilana.