Pak Ripto, seorang pengrajin batik Jogja (Dok. Pribadi)
Jogja, selalu ada kekhasan untuk kota
yang istimewa ini. istimewa orangnya, istimewa tempatnya istimewa karyanya.
Saya menyebut segala barang dari jojga bukan "barang dari jogja"
tetapi karya dari jogja. Kenapa? Pembaca kompasiana tentu tak meragukan lagi segala
filosofi yang ada di jogja. Rakyat yang begitu loyal dengan raja dan tanah
ningrat ini, mereka begitu kuat mempertahankan Yogyakarta sebagai daera
istimewa yang berbeda dari kota-kota di Indonesia. Mereka mempertahankan jojgja
dengan terus menghasilkan karya asli dari tanah ini.
Dan salah satu karya dari
tanah ningrat ini yang wajib bagi dikunjungi, dibeli dan dimiliki adalah batik.
Tentu kebingungan melanda anda ketika ingin berbelanja batik yang
"benar-benar" batik. Asli dan hasil goresan terbaik dari tanah
ningrat ini. silahkan simak pengalaman saya bersama rekan Kompasiana Jojga
alias KJOG. Berikut ini. barangkali bisa menjadi rekomendasi untuk anda!
Temukan Kekhasan Batik di Malioboro
Ketika wacana maraknya usaha
ritel menutup outletnya karena pergeseran digital marketing, tidak akan berlaku
untuk wilayah Malioboro. Malioboro itu tempat yang lebih dari sekedar wajib
hukumnya bagi pengunjung kota Jogja. Hal tersebut juga tak akan berlaku bagi
industry batik. Bagaimana bisa batik dibeli secara online? Bagi kaum yang awam
mungkin bisa saja. Tapi yang paham akan filosofi batik dan menginginkan
yang terbaik tentu tidak akan main-main. Digital marketing bagi batik sebagai
promosi, untuk proses transaksi saya sarankan datanglah ke butiknya. Sentuh,raba
dan rasakan. Bila perlu, mintalah penjelasan dari pegawai butiknya.
Salah satu butik yang saya
kunjungi adalah butik batik Adiningrat. Seperti namanya secara harfiah, adi
yang berarti unggul dan ningrat yang artinya bangsawan, butik ini menyajikan
kain batik kualitas tinggi. Motifnya yang dihasilkan merupakan "goresan
terbaik" dari pengarajin batik dengan loyalitas tinggi. Proses yang
dilalui pun panjang nan penuh makna. Tentu dengan kehati-hatian. Dan akhirnya,
menghasilkan sajian batik yang dapat anda nikmati di setiap pajangan di butik
Adiningrat.
Butik Batik Adiningrat
Pertama kali saya berkunjung
di butik adiningrat, saya langsung disambut jajaran busana batik dari batik
Adiningrat. Sama seperti kebanyakan orang yang belum sepenuhnya mengerti akan
batik. Pertanyaan di benak saya : "Bagaimana membedakan batik-batik
ini?". Pertanyaan saya langsung terjawab karena dengan ramah, pegawai
butik sekaligus manajer marketing, Ibu Dewi dengan senang hati menjelaskan.
Butik Batik Adiningrat (Dok. Pribadi)
Menurut cara pembuatannya,
batik digolongkan menjadi batik tulis, batik cap dan batik printing. Urutan
tersebut juga sekaligus dikategorikan dari tingginya harga. Kain yang digunakan
pun bermacam-macam. Mulai dari sutra, polyster dan lain sebagainya. Pewarna
yang digunakan ada yang alami dan sintetis alias buatan.
Di lantai satu, butik ini
menyajikan batik cap dan printing dengan model busana khusus wanita. Sedangkan
lantai 2, menyajikan batik tulis berbahan sutra dan model busanan khusus pria.
Menurut informasi, bulan Desember akan ada big sale, dengan diskon hingga 70%.
Dan catatan, produk yang didiskon bukan produk cacat. Butik Batik Adiningrat
mengganti karyanya setiap 6 bulan sekali. Dengan begitu, motif yang sudah
terjual tidak akan diproduksi lagi. Fresh!!
Batik Tulis Jahe Selawe
Ibu Dewi segera mengajak
rombongan kami untuk dapat melihat lebih jauh proses pembuatan batik Adiningrat.
Beliau akan menjelaskan bagaimana awal batik dibuat dan serangkaian prosesnya.
Sesaat melewati lantai satu, untuk menuju halaman depan, ada jajaran
busana batik dengan satu motif batik tulis yang cukup mencolok dibanding yang
lain dan seperti "diistimewakan".
Jahe Selawe, adalah motif
andalah Adiningrat. Secara sekilas saya membaca filosofi penamaan Jahe Selawe.
Motif ini mempunyai ruas-ruas yang melengkung, menggambarkan karakter kuat dan
terus mengalir. Terinspirasi dari jahe merupakan tumbuhan khas nusantara yang
menjadi sumber pengetahuan dan juga sebagai obat tradisional. Selawe, adalah
angka 25 yang penyebutannya berbeda dalam bahasa jawa. Angka 25 juga
menggambarkan kematangan dan produktif.
Beragam Busana Motif Batik Jahe Selawe (Dok. Pribadi)
Untuk setiap warna, juga
memiliki makna tersendiri. Warna tanahan yang menggambarkan batik yang terlahir
di bumi Yogyakarta. Lalu warna sogan coklat yang artinya kerendahan hati dan
membumi. BIru dongker sebagai symbol ikhlas dan setia. Dan terakhir, kuning
kunyit yang artinya ketenangan jiwa. Jahe selawe memberikan semangat alam beraktivitas.
Rumah Produksi Pertiwi
Terletak di daerah Giwangan,
Yogyakarta. Sebenarnya, ada beberapa lokasi lagi tempat produksi, namun ini
adalah induk dari rumah-rumah produksi yang ada. Kenapa dinamakan Pertiwi? Ibu
Hj. Siti Umi Pertiwi. Beliau telah berkecimpung dengan batik sejak tahun 65-an.
Dulu, belaiu adalah juragan kain batik, yang sering menyediakan kain batik
hingga akhirnya mendirikan produksi sendiri. Dari tempat inilah lahir karya
batik Adiningrat. Loyalitas dan proses Adiningrat itu akan saya jabarkan
disini. Tepatnya, untuk tahapan batik tulis.
Berproses
Proses batik yang pertama
adalah penggambaran motif dengan pensil diatas kain. satu kain harus terisi
penuh motif dan membutuhkan kreativitas tinggi.
Kedua, nglowongi atau batik
itu sendiri. Dilengkapi peralatan cating, malam, kain, alat pemanas serta skill. Skill tidak
diukur secara instan. Pembatik yang diakui adalah yang memiliki jam terbang
tinggi yang diukur oleh waktu. Salah satu pembatik, ibu Menik sudah tampak
lihat dalam menggoreskan catingnya mengikuti alur pola batik yang begitu
melengkung, meliuk dan sangat detail. Bisa dikatkan rumit. Cating harus
tertempel sempurna pada kain. Tidak boleh luber, lumer bahkan sampai tumpah di
luar pola. Cating itu sendiri ada berbagai ukuran lho!
Ibu Menik dan Pengrajin Batik Lainnya Sedang Membatik (Dok. Pribadi)
Tahap ketiga adalah
pewarnaan. Namun, sebelum ke perwarnaan, kami lebih dahulu singgah ke proses
pengecapan, yaitu tahapan pertama proses batik cap. kami bertemu dengan Bapak
Ripto. Beliau begitu jeli. Karena mengecap batik itu tidak sembarangan orang
bisa. Ketelitian menyambungkan motif yang putus dengan cetakan yang sama
butuh perhitungan agar menjadi motif yang benar-benar utuh.
Tahap pewarnaan batik
ternyata ada dua, celup dan colet (kalau saya menamainya tutul, karena seperti
pakai kapas terus ditutul-tutulkan hehehe). Teknik colet itu kalau warnanya
banyak, kecil-kecil dan polanya berkesinambungan.
Inilah Proses Pewarnaan Kain Batik (Dok. Pribadi)
Tahap keempat adalah
perebusan. Namun, sebelum direbus terlebih dahulu malam (lilin) dilepaskan.
Mengapa dibersihkan? Karena malam (lilin) tidak tahan panas. Nanti akan meleleh
dan justru memberi meleburkan warna.
Setelah direbus, barulah kain
batik dijemur. Bila warna yang digunakan banyak, misalnya lebih dari satu,maka
akan kembali ke proses pembatikan lagi. Begitu seterusnya. Jadi, semakin
kompleks dan rumit motif batik tulis, bahkan banyak warna, tidak heran batik
itu bernilai jual tinggi. Banyak unsur yang tertuang. Karena batik itu seni.
Batik itu skill. Batik itu proses.
Batik itu loyalitas.
Tahap Perebusan (Dok. Pribadi)
Loyalitas
Ibu Menik, Bapak Ripto dan
lainnya rupanya telah menggeluti profesi sebagai pengrajin batik sejak belum
menikah (menurut Ibu Dewi bahkan ada yang waktu itu masih lajang) hingga punya
anak. Bayangkan, sudah berpuluh-puluh tahun mereka menekuni dan sangat setia
degan batik. Mereka mengabdi melalui Rumah Produksi Pertiwi. Ibu Pertiwi yang
juga sosok hangat, mampu meyakinkan kepada siapa saja bahwa batik itu sebuah
karya. Karya yang lahir dari tangan manusia-manusia yang dihasilkan oleh
loyalitas dan proses yang panjang.
Bagi kompasianer yang
berminat belajr batik, Rumah Produksi Pertiwi menawarkan Workshop Batik
terjangkau. Rumah Produksi ini sering menerima kunjungan asing, bahkan tamu
kenegaraan. Silahkan.
Semoga bermanfaat~
(Tulisan Telah Terbit di Akun Kompasiana pada Sabtu, 4 November 2017)
0 komentar:
Posting Komentar